gambar-peringatan-hpsn-2022-berkenalan-dengan-pegiat-pilah-sampah-dari-balongsari-booklwrxzh

Peringatan Hpsn 2022: Berkenalan Dengan Pegiat Pilah Sampah Dari Balongsari

Kota Mojokerto-GEMA MEDIA: Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh tepat hari ini, Senin (21/2/2022), sudah selayaknya menjadi pengingat perlunya menaruh perhatian pada persoalan sampah di Indonesia. Mengingat hal tersebut terbilang masih pelik, terutama dalam hal penanganan dan pengelolaan sampah. Yang pasti, untuk bisa menyelesaikan perkara tersebut, dibutuhkan keterlibatan dari seluruh komponen masyarakat. 

 Nailu Wijayati, perempuan berusia 55 tahun itu kiranya bisa menjadi salah satu sosok dari Kota Mojokerto yang dapat menginspirasi perihal bagaimana mengambil peran dalam mengurai permasalahan sampah. Memiliki kesibukan sebagai guru mengaji dan pemilik toko kelontong, Nailu diketahui telah rajin memilah sampah sejak tiga tahun belakangan.

 “Bu Nailu ini kader yang paling rajin dan teliti. Kebanyakan orang-orang itu biasanya cuma botol-botol, kardus, kaleng, yang ketok-ketok saja. Tapi kalo Bu Nailu, tiap setor itu paling banyak dan macem-macem jenis sampahnya”, pengakuan Etty Rumaningsih, Ketua Bank Sampah Setia Jaya RW 01, Gembongsari saat diwawancara langsung, Jumat (18/2/2022).

 Ibu dua anak itu memilah sampahnya menjadi berbagai kelompok. Di antaranya terdapat plastik kerasan, plastik PP, cup kemasan, botol PET, kertas, duplesks, kardus, dan masih banyak lagi. Bahkan, tidak hanya memilah sampah yang dihasilkan dari aktivitas keluarganya sendiri, tidak jarang ia juga menerima dari tetangga di sekitar rumahnya.

 

“Kalo ada sampah dibersihkan dulu, dikeringkan, dan dikumpulkan jadi satu. Biasanya Sabtu atau Minggu baru dipilah. Nanti biar tinggal setor ke bank sampah, tiap hari Sabtu pekan pertama setiap bulannya,” tutur Nailu.

 Saat mengunjungi kediamannya di lingkungan Balongsari Gang 7, Jumat lalu, dapat dijumpai sampah-sampah yang telah ia pilah. Sampah tersebut diletakkan berdasarkan jenisnya, terlihat bersih, dan tidak berbau. Lingkungan tempat tinggalnya yang sempit dan padat pendudukpun dapat dikatakan tidak kumuh dan rapi.

 Ditanya perihal awal mula tergerak memilah sampah, Nailu mengungkapkan, “karena melihat sampah berserakan, orang buang sampah sembarangan, masuk ke got, kalau hujan bisa banjir, masuk ke rumah. Terus saya kok punya pikiran, ada program Bank Sampah dari Pemkot, ya sudah saya mulai milah-milah sampah”.

 Tidak hanya berpartisipasi menjaga lingkungan, Nailu juga merasakan berbagai berkah memilah sampah. “Ibu-ibu monggo memilah sampah, bisa bermanfaat untuk ibu-ibu semua. Lumayan bisa nambah-nambah buat beli garam atau buat beli apa, daripada dibiarkan malah jadi kotor,” pungkasnya. (EL/an)